Barongan Blora

Sumber gambar: blorakab.go.id

Di sebuah desa kecil di tengah Kabupaten Blora, terdapat sebuah hutan jati yang lebat dan misterius. Hutan itu bukan sekadar tempat bagi pepohonan menjulang tinggi, tetapi juga rumah bagi cerita-cerita kuno yang diwariskan turun-temurun. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah legenda Barongan Blora, sebuah simbol keberanian dan penjaga harmoni desa.

AWAL MULA CERITA

Malam itu gelap. Hanya cahaya bulan yang samar-samar menembus celah dedaunan hutan jati. Di tengah desa, seorang pemuda bernama Ardi sedang sibuk di balai desa. Ia dikenal sebagai pemimpin kelompok seni Barongan Blora. Bersama teman-temannya, Ardi mempersiapkan pementasan besar yang akan digelar saat bulan purnama tiba. Pementasan ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga ritual sakral untuk menghormati leluhur desa.

“Ardi, kamu yakin bisa membawa kepala barongan itu ke panggung?” tanya Pak Surya, sesepuh desa.

Ardi tersenyum penuh percaya diri. “Tentu saja, Pak. Kepala barongan ini bukan sekadar properti. Ini adalah simbol kekuatan desa kita. Saya akan menjaga tradisi ini dengan baik.”

Pak Surya mengangguk pelan. Kepala barongan yang dimaksud adalah sebuah topeng besar yang diukir dengan kayu jati terbaik dari hutan sekitar. Warna merah dan emasnya memancarkan wibawa, dan mata barongan itu seolah hidup, memperhatikan setiap orang yang berada di dekatnya.

MALAM PURNAMA DAN AWAL KEJADIAN ANEH

Ketika malam purnama tiba, seluruh desa berkumpul di lapangan. Lampu minyak dipasang di setiap sudut, menciptakan suasana magis. Musik gamelan mulai dimainkan, dan suara gong bergema, memanggil roh leluhur untuk menyaksikan pementasan. Ardi mengenakan pakaian khas Barongan, lengkap dengan selendang batik dan ikat kepala. Saat ia mengenakan kepala barongan itu, tiba-tiba angin dingin bertiup kencang.

Sejenak, Ardi merasa ada sesuatu yang aneh. Mata kepala barongan itu terasa semakin berat, seolah-olah ada sesuatu yang berusaha menguasainya. Namun, ia tetap melangkah maju. Dengan tarian khas Barongan, Ardi mulai bergerak lincah diiringi tabuhan gamelan. Penonton bersorak kagum, tetapi Ardi merasa ada yang mengawasi dari dalam hutan.

 

PERTEMUAN DENGAN SANG PENJAGA

Setelah pementasan selesai, Ardi merasa lelah luar biasa. Ia memutuskan berjalan ke tepi hutan untuk mencari udara segar. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok bayangan besar di antara pohon-pohon jati. Sosok itu mendekat perlahan, hingga akhirnya terlihat jelas. Itu adalah makhluk besar dengan kepala seperti barongan, lengkap dengan taring tajam dan tubuh berselimut kain merah.

“Siapa kau?” tanya Ardi dengan suara gemetar.

Makhluk itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya menunjuk ke arah kepala barongan yang masih dipegang oleh Ardi. “Itu adalah bagian dariku,” suara makhluk itu berat dan bergema. “Kau telah membangunkanku dengan tarianmu. Ada tugas yang harus kau selesaikan.”

Ardi bingung dan takut, tetapi keberaniannya sebagai pemimpin Barongan membuatnya tetap berdiri tegak. “Apa tugas itu?” tanyanya.

Makhluk itu menjelaskan bahwa roh leluhur desa tidak sepenuhnya damai. Ada kekuatan jahat yang berusaha menguasai hutan jati dan desa. Ardi harus menggunakan kekuatan barongan untuk melindungi desanya. “Tapi ingat,” makhluk itu memperingatkan, “barongan ini tidak bisa digunakan sembarangan. Hanya orang yang hatinya murni yang dapat mengendalikannya.”

KEMBALI KE DESA

Ardi kembali ke desa dengan kepala barongan di tangannya. Ia menceritakan semuanya kepada Pak Surya dan teman-temannya. Awalnya, mereka tidak percaya, tetapi ketika Ardi menunjukkan bekas tapak kaki besar di tanah dekat hutan, mereka mulai menyadari bahwa cerita itu bukanlah omong kosong.

“Kita harus bersiap,” kata Pak Surya. “Jika benar ada kekuatan jahat yang mengancam, kita harus melindungi desa ini bersama-sama.”

Malam itu, seluruh desa bersatu. Mereka mempersiapkan ritual besar untuk memperkuat perlindungan desa. Para sesepuh memanjatkan doa, sementara para pemuda mempersiapkan peralatan untuk berjaga-jaga.

Namun, ancaman tidak datang dengan mudah ditebak. Di tengah malam, suara aneh mulai terdengar dari hutan. Suara geraman rendah dan langkah kaki berat mendekat ke arah desa.

PERTARUNGAN SAKRAL

Ardi, yang telah memahami kekuatan kepala barongan, mengenakannya sekali lagi. Kali ini, ia merasa energi yang berbeda. Tubuhnya terasa ringan, dan setiap gerakannya dipandu oleh naluri yang kuat. Dengan kepala barongan, Ardi memimpin para pemuda desa untuk menghadapi makhluk-makhluk aneh yang muncul dari dalam hutan.

Pertarungan berlangsung sengit. Makhluk-makhluk itu memiliki kekuatan besar, tetapi Ardi dan kelompoknya tidak menyerah. Dengan gerakan tarian Barongan yang penuh semangat, mereka berhasil mengusir makhluk-makhluk itu kembali ke dalam hutan.

Ketika fajar tiba, desa kembali tenang. Pak Surya mendekati Ardi dan berkata, “Kau telah membuktikan bahwa kau adalah penjaga sejati desa ini. Kepala barongan itu kini menjadi bagian dari dirimu.”

WARISAN YANG HIDUP

Setelah kejadian itu, Ardi semakin dihormati oleh warga desa. Kepala barongan menjadi simbol keberanian dan persatuan desa. Setiap tahun, saat bulan purnama, desa mengadakan pementasan Barongan untuk menghormati leluhur dan memperingati kemenangan mereka atas kekuatan jahat.

Legenda Barongan Blora pun terus hidup, menginspirasi generasi demi generasi untuk menjaga tradisi dan harmoni dengan alam. Hutan jati tetap menjadi saksi bisu dari cerita-cerita itu, berdiri megah dengan misteri yang tak pernah pudar.***

Penulis: Lutfi Najib