Hutan Jati Blora: Peluang Penerapan Gaya Hidup Berkelanjutan dalam P5

 

Sumber gambar: diolah menggunakan AI

Hutan jati Blora merupakan kawasan hutan tropis yang terletak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Hutan ini tidak hanya dikenal sebagai penghasil kayu jati berkualitas unggul, tetapi juga memiliki peran sebagai penyerap karbon alami, pelindung keanekaragaman hayati, bahkan sebagai penopang keseimbangan lingkungan. Hutan jati itu pun melakukan proses fotosintesis dengan menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan kembali oksigen dan uap air ke udara. Semua ini membantu menjaga kestabilan iklim di dalam dan sekitar hutan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora pada tahun 2023 mengungkapkan  bahwa luas hutan di Kabupaten Blora adalah sebesar 90.416,52 hektar yang menjadikannya sebagai kawasan yang strategis dalam pengelolaan sumber daya alam.

Namun, hutan  menghadapi beberapa tantangan, termasuk penggundulan hutan, erosi tanah, bahkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan gaya hidup yang keberlanjutan sehingga lambat laun dapat mempengaruhi kehidupan yang akan datang. Seperti kasus yang terjadi beberapa bulan yang lalu, menurut kanal berita detikjateng pada Rabu, 18 Desember 2024 yang melaporkan bahwa sebanyak 18 warga melakukan kegiatan illegal loging dan pengrusakan tanaman yang sangat merugikan dan berdampak kepada lingkungan. Tentunya dengan adanya kasus seperti ini, maka dibutuhkan usaha yang serius dari pemerintah hingga grass root masyarakat secara umum untuk saling membangun kesadaran akan pentingnya melestarikan hutan sebagai upaya gaya hidup yang berkelanjutkan.

Pada dunia pendidikan melalui penerapan kurikulum merdeka pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang menawarkan kesempatan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip gaya hidup berkelanjutan. Hutan jati Blora berpeluang besar sebagai pusat pembelajaran lingkungan yang harapannya dapat mendidik generasi muda tentang pelestarian lingkungan dengan pendekatan yang tentunya aplikatif. Melalui P5 ini, melalui hutan jati Blora dapat diintegrasikan dengan pembelajaran yang berbasis lingkungan dimana melalui program tersebut menawarkan kesempatan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis proyek ( PBL) dengan tema pelestarian lingkungan. Peserta didik dapat terlibat langsung dalam proyek reboisasi, observasi keanekaragaman hayati, hingga pengelolaan hasil hutan non-kayu, seperti madu hutan. Selain itu, melalui edukasi ekosistem yang berkelanjutan, hutan jati Blora dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium alam yang mengenalkan peserta didik untuk belajar bagaimana praktik gaya hidup yang berkelanjutan. Praktik gaya hidup yang berkelanjutan ini seperti contohnya peserta didik dapat mempelajari pengelolaan sumber daya secara bijaksana, pemanfaatan limbah organik, serta pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem sehingga dapat dipraktikan kembali pada kehidupan sehari-hari hingga harapannya peserta didik ini tidak hanya mendapatkan pemahaman secara teoritis namun juga dapat memberikan suatu pengalaman berharga dengan memperkuat karakter seperti tanggung jawab, gotong royong, serta kecintaan terhadap alam.

Inisiatif yang mendidik ini, tentunya harus didukung dengan kerja sama antara pemerintah daerah dengan lembaga pendidikan untuk membangun kawasan edukasi yang berbasis lingkungan di sekitar hutan jati Blora dimana kawasan ini dapat dijadikan sebagai pusat edukasi bagi pelajar dari berbagai daerah yang lain. Selain melalui pembangunan edukasi disekitar hutan jati Blora, maka diperlukan juga pembelajaran yang berbasis pada kearifan lokal yang dapat mengangkat peran hutan jati sebagai aset lingkungan dimana dapat mencakup tentang pelestarian hutan, pengelolaan hasil hutan non-kayu, serta kontribusi hutan dalam mitigasi perubahan iklim. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sekolah menjadi hal yang krusial mendukung keberhasilan implementasi P5 dengan hutan jati Blora menjadikan peluang implementasi gaya hidup yang berkelanjutan. Pemerintah dapat memberikan dukungan secara finansial hingga menutup akses yang dapat merugikan dalam segi dampak negatif terhadap lingkungan melalui peraturan yang ditegakkan, masyarakat terlibat aktif ikut serta dalam melestarikan kawasan hutan, hingga sekolah yang bertanggung jawab dalam integrasi edukasi lingkungan maka hutan jati Blora bukan hanya sekadar aset ekonomi dan ekologi, tetapi juga berpeluang besar untuk mendidik generasi muda mengenai pentingnya gaya hidup berkelanjutan hingga menjadi agen perubahan di masa yang akan datang.***


Penulis:

Agustia Wahyu Tri Anggraeni, S.Pd